Kamis, 12 April 2012
BAND SKA REGGAE~SHAGGY DOG
Shaggydog adalah sebuah band yang terbentuk di Sayidan-sebuah kampung dipinggir sungai di tengah kota Jogja-yang nyaman dan damai. Pada Tanggal 1 Juni 1997, band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik & Yoyo' ini sepakat untuk menyebut musik yang mereka mainkan sebagai “Doggy Stylee” ; perpaduan antara beberapa unsur musik seperti ska, reggae, jazz, swing dan rock n’ roll, bahkan sampai rock yang di-mix secara special oleh 6 orang bartender ini.
Cherry Poppin Daddies, Hepcat, Bob Marley, Song Beach Dub Allstars merupakan sebagian kecil dari band-band yang meng-influence Shaggydog. Yang lain? Pahit manis hidup adalah inspirasi mereka
Waktu pun berlalu, show demi show mereka jalani. Pada tahun 1999 album shaggydog yang pertama diliris. Dengan label Doggy House (management Shaggydog), Album yang diberi title “SHAGGYDOG” ini membuahkan hasil yang diluar dugaan. 20.000 copy habis terjual. Jumlah yang cukup besar untuk sebuah band indie. Semenjak itu Shaggydog pun mulai show di daerah-daerah seputar Nusantara…dari Jawa sampai ke Lombok..sampai-sampai mereka rela meninggalkan bangku kuliah.
Dua tahun setelah itu, tepatnya tahun 2001, album kedua yang bertitel “BERSAMA” diliris. Kalau kalian tahu, album ini benar-benar diliris dengan cucuran keringat dan air mata. Motor sang manager pun tergadaikan. Bukan itu saja, rekaman yang berlangsung di Bandung ini sampai memaksa mereka untuk ngamen di kawasan Dago karena kehabisan duit…What a life Man..!!
Tahun 2003 merupakan "Lucky Year" buat Shaggydog. Dimulai New Year Party di UPN Jogja, sekitar 20.000 doggiez tumplek..blek berdansa bersama Shaggydog. Bulan Maret, Mei Shaggydog menjalani Tour 8 Kota (Semarang, Solo, Tegal, Salatiga, Purwokerto, Pekalongan, Jogja, Magelang). Dari banyaknya show, basic massa yang fanatik, musik yang ceria dan lirik yang nakal dalah beberapa diantara faktor kesuksesan Shaggydog. Dengan berbekal materi yang cukup matang, Shaggydog mengajak EMI Indonesia untuk melakukan kolaborasi agar musik yang dihasilkan Shaggydog dapat tersebar lebih luas. Kolaborasi ini akhirnya menghasilkan album ketiga Shaggydog dengan titel "HOT DOGZ". Kalau kalian pasang telinga lebar2 selebar kuping gajah...pasti syaraf urat kalian tidak sabar untuk segera mengikuti irama lagu-lagu Shaggydog di album ini.
Lagu-lagu Shaggydog tidak hanya tersebar di Indonesia, tahun 2003 sebuah perusahaan rekaman di Jepang meminta salah satu lagu Shaggydog untuk ikut kompilasi album "ASIAN SKA FOUNDATION" yang berisi band-band ska se-Asia. Sayangnya cuma beredar di Jepang. Lagu "Second Girl" yang diikutkan Shaggydog dalam kompilasi ini.
Perjalanan panjang dan berbagai hambatan yang telah menyertai karir Shaggydog selama ini telah membulatkan tekad para personil Shaggydog untuk lebih mempertajam taring mereka (kaya macan yaa) di industri musik Indonesia. Dengan kemampuan musikalitas yang semakin berkembang menunjukkan kalau tidak hanya berharap bisa diterima oleh penikmat musik di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia sekaligus akan membuat persaingan pada industri musik semakin panas.
BAND SKA~Tipe-X
Tipe-X dibentuk pada bulan September 1995 (dengan nama Head Master). Saat ini Tipe-X terdiri dari 7 personel yaitu Tresno Riadi (vokal), Micky (bass), Yoss (gitar), Aditya Pratama (drum) (sekarang menjadi drummer ADA Band), Billy (gitar), Anto (trombone), dan Andi Toha (saksofon).
Tipe-X band dibentuk pada bulan September 1995 (dengan nama Head Master). Formasi awal ketika itu adalah Tresno (vokal), Micky (bass), Yoss (gitar), dan Hendro (Drum). Ketika itu Tipe-X sering membawakan lagu-lagu milik Red Hot Chilli Peppers (RHCP). Kemudian mereka sadar bahwa pada saat pementasan musik yang dibawakan oleh tipe-X terasa kurang "penuh", lalu mereka sepakat untuk menambah seorang gitaris lagi untuk rhytm gitar, yaitu Irul.
Setelah Irul masuk, Tipe-x tidak lagi membawakan lagu lagu RHCP, tetapi mulai mencoba memainkan suatu aliran baru yang ketika itu masih asing dan belum begitu dikenal di Indonesia, yaitu ska. Lagu-lagu ska yang mereka bawain ketika itu adalah lagu millik band ska luar yaitu Voodoo Glow Skull dan Operation Ivy. Mereka juga mulai belajar untuk membuat lagu lagu sendiri, dan rajin manggung di pentas musik dan panggung underground. Tipe-X pernah meraih juara band Favorit di Festival Musik Alternatif.
Supaya nuansa skanya lebih kerasa mereka pun mulai menambah personel untuk posisi Brass Section yaitu Andi pada Trumpet dan additional player untuk trombone yaitu Billy. Mereka mulai berinisiatif untuk memperkenalkan musik yang kita mainkan juga lagu yang kita ciptakan secara lebih luas dengan mengirimkan demo lagu Frustasi ke acara Ekpresi Indosiar dan demo lagu Bebas Pusing yang dikirim ke IndieLapan Prambors dan masuk peringkat lima. Setelah itu Tipe-x semakin rajin manggung, sampai akhirnya Pops yang dikomandani Dodo Abdullah tertarik.. dan Tipe-X mulai rekaman.
Album pertama mereka, Ska Phobia dirilis tahun 1999 dengan lagu andalan Genit dan Angan. Dua tahun kemudian, mereka kembali mengeluarkan album bertajuk Mereka Tak Pernah Mengerti (2001). Album ini mempunyai satu lagu jagoan yang bertitel "Salam Rindu" yang video klipnya dibuat oleh Dimas Djayadiningrat dari rumah produksi Millenium. Album ini dianugerahi Triple Platinum. Album ketiga dirilis tahun 2003 bertajuk Super Suprise. Kali ini posisi drum digantikan oleh Aditya Pratama alias Adi, mantan penggebuk drum grup Teaser, yang menempati posisi yang ditinggalkan oleh Hendro.
Discography Hitam Putih adalah album keempat Tipe-X yang dirilis 2005. Peluncuran album ini juga merupakan ulang tahun tipe-x ke sepuluh. Album yang masih diproduksi Pops Musik ini menyajikan 10 tembang lagu yang mengandalkan lagu "Kamu Ngga' Sendirian" sebagai single pertama. Dua tahun kemudian mereka merilis album 'the best' yang bertajuk A Journey. Untuk itu, lagu-lagu yang pernah ngetop di tahun 90-an, seperti "Sakit Hati", "Genit", "Salam Rindu", dan "Mawar Hitam" menjadi andalannya. Sisanya, racikan baru termasuk "Kamu Penipu" ciptaan Tresno dijadikan single pertama album ini.
Setelah vakum selama dua tahun lebih, awal 2010 Tipe X kembali menggebrak ranah hiburan dengan meluncurkan album baru. Album bertajuk FESTIFAL PERASAAN ini tetap mengusung konsep ska, namun dengan sentuhan yang sedikit berbeda dan melibatkan tiga orang drummer. Tipe X memutuskan tetap setia pada jalur musik mereka di tengah hingar bingar Melayu yang mewarnai musik Indonesia saat ini.
Di Album “Festival Perasaan” ini ada sesuatu yang baru di tipe-X yaitu : di single yang pertama yang berjudul “Ciuman Pertama”, Tipe-X featuring seorang penyanyi asal Canada yang bernama Chelssie Baker yang ikut menyanyi duet dalam bahasa Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa tipe-X selalu update dan inovatif di tengah aliran music yang belakangan ini banyak band yang beraliran melayu pop. Di single pertama ini selain featuring Chelssie Baker di dalam penggarapan albumnya sangat serius sekali dengan melibatkan beberapa musisi pendukung salah satunya Marcellius Siahaan (Marcell).
Harapan di Album “Festival Perasaan” ini tipe-X dapat mengobati rasa kangen pecinta musik tanah air terhadap musik ska. Selain itu memberikan pilihan lain kepada masyarakat Indonesia bahwa musik ska dapat dinikmati dan merupakan salah satu genre musik yang masih ada dan eksis di Indonesia dan grup yang sampai sekarang masih eksis adalah tipe-X.
sejarah musik SKA
Ska adalah genre musik yang berasal di Jamaika pada akhir 1950-an, dan merupakan pendahulu rocksteady dan reggae. Ska menggabungkan unsur-unsur musik mento dan musik kalipso dari Karibia dengan jazz dan rhythm and blues dari Amerika Serikat. Ciri khas musik ini adalah jalur bass berjalan dengan aksentuasi pada ritme upbeat. Pada awal 1960-an, ska adalah genre musik yang dominan di Jamaika dan popular di kalangan para mod di Britania Raya. Musik ini kemudian populer di kalangan skinhead.
Sejarah ska umumnya dibagi menjadi tiga periode: ska asli Jamaika dari tahun 1960-an (gelombang pertama), kebangkitan ska 2 Tone Inggris pada akhir 1970-an (gelombang kedua), dan gerakan ska gelombang ketiga yang dimulai pada 1980-an, dan meraih kepopuleran di Amerika Serikat pada 1990-an.
Ada berbagai teori yang berbeda-beda menganai asal usul kata ska. Ernest Ranglin mengklaim bahwa istilah ska diciptakan oleh musisi untuk menyebut suara petikan gitar yang digaruk, "skat! skat! skat!" Menurut penjelasan lainnya, dalam sesi rekaman tahun 1959 di bawah produser Coxsone Dodd, pemain dobel bass Cluett Johnson menginstruksikan kepada gitaris Ranglin untuk "memainkannya seperti ska, ska, ska." Meskipun penjelasan ini disangkal sendiri Ranglin yang membantah "Instruksi itu tidak cukup untuk memberi tahu apa yang harus kumainkan!" Teori lebih lanjut mengatakan ska berasal dari kata skavoovie yang sering diucapkan Cluett Johnson ketika menyambut rekan-rekannya. Jackie Mittoo bersikeras bahwa musisi ska menyebut ritme yang mereka mainkan sebagai Staya Staya, dan Byron Lee adalah tokoh yang memperkenalkan istilah 'ska'.
Gitar dan piano menghasilkan bunyi, seperti 'ska, ska,' itulah sebabnya kami sebut ska. Suara gitar dan piano, itulah mengapa kami menyebutnya sebagai ska. — Derrick Morgan
Perbedaan antara beat R&B dan ska dijelaskan oleh Ernest Ranglin. Kalau R&B berbunyi "chink-ka", sementara ska berbunyi "ka-chink".
BAND SKA~Souljahh
Souljah merupakan sebuah band Jamaican Music yang sudah terbentuk dari tahun 1998, ketika sebagian besar personilnya masih kuliah di Universitas Indonesia. Pada tahun 1999 mereka menandatangani kontrak dengan Sony Music Indonesia. Selang beberapa tahun, tepatnya pada tahun 2003 mereka dipercaya untuk ikut album kompilasi “Asian Ska Foundation” yang diproduksi oleh sebuah label Jepang, Authority Records.
Album perdana Souljah - Breaking the Roots rampung pada tahun 2005. Album dengan 12 lagu yang unik dihidangkan ke telinga masyarakat dengan beragam jenis lagu seperti Reggae, Chill out, Traditional ska, Dancehall, Hip Hop, dan lainnya, album Breaking the Roots dapat membuat orang tercengang mendengarnya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena penggabungan groovy beat Dimas, suara lembut dan powerful dari Danar, Jamaican rap yang melodius dari Said, suara trumpet sexy David, nada lembut dan hangat persembahan Renhat, dan tentunya permainan gitar upstroke dari Bayu, gitaris Souljah yang kini telah hengkang dan digantikan posisinya oleh Gema Maulana.
Empat dari 12 lagu tersebut merupakan karya kolaborasi Souljah dengan artis-artis-artis seperti; Soulid yang muncul dalam ”All I Know,” Bad Mono dalam ”The Day The World Turns Into Grey,” Sundari Soekotjo dalam “Lelaki itu,’” dan Happy Salma dalam “Magenta.” Dengan album BREAKING THE ROOTS, SOULJAH berhasil mendapatkan penghargaan sebagai breakthrough artis oleh Radio Prambors Jakarta.
Album ke2 Souljah dengan judul BERSAMAMU dirilis pada tahun 2007 yang diikut oleh dirilisnya novel dengan judul yang sama oleh Gagas Media. Album ini telah laku ribuan keping yang membuat SOULJAH semakin menapakkan kaki di blantika musik nasional.
Sebagai persembahan single dari album ke3 Souljah yang diberi judul MESTAKUNG, maka Souljah mengumandangkan “Hanya Ingin Pulang”. Sebuah lagu yang diciptakan khusus sebagai theme song mudik. Album MESTAKUNG ini juga akan dirilis pada bulan November 2008.
BAND SKA ~ The Authentics
“Ska
sampai mampus!” ucap Dawny Bayu Amianto, vokalis dari band traditional
ska The Authentics. Ia mengatakan ini adalah satu kalimat yang
mencerminkan sikap band tersebut. Ia bahkan sempat menggunakan kalimat
seruan ini menjadi password bagi para guestlistnya di acara
Rolling Stone Release Party yang diadakan di Rolling Stone Live Venue
hari Jumat, 9 April 2010 kemarin. Band yang beranggotakan pemain bas
Marchel Arnold, gitaris Dani, peniup saksofon Zendi, dan pemain keyboard
Ceki ini mengguncang panggung Ampera Raya dengan kostum kemeja hitam
rapih dan berdasi. Dawny manggung mengenakan jaket Fred Perry putih,
serta kaca mata hitam Ray Ban. Ia tahu persis bagaimana berdandan
ska/mod/two tone yang baik dan benar.
Bagi yang mengetahui dan mengikuti scene musik khususnya ska, Dawny dan juga Zendi bukanlah anak kemarin sore. Mereka sempat mengecap asam garam dunia musik Indonesia di sebuah band ska-punk bernama Jun Fan Gung Foo, yang terbentuk tahun 1996 dan sempat merilis dua album di bawah label Sony Music Indonesia di awal tahun 2000. Dani sang gitaris juga sempat lalu lalang di berbagai band indie macam Perfect Minors, dan juga Straight Out yang beraliran metalcore. Kemeja motif pantai di Jun Fan Gung Foo ditinggalkan, solo gitar meraung dan headbang a la straightout dilepas. Gantinya adalah attitude penyanyi crooner a la Frank Sinatra, gitar semi hollow bersuara bersih, dan goyangan kaki Elvis Presley yang enerjik.
“Berbicara musik, ska yang kami usung lebih ke akar musik ska. Ska revival. Seperti misalnya The Slackers, Hepcat, The Skatalites, Toots and the Maytals. Musik model seperti itu,” ujar Dani, sang gitaris penggemar blues yang merupakan otak musikal The Authentics. Dawny menambahkan,” Tapi kami menambahkan nuansa musik lain juga supaya lebih enak didengarkan. Ada swing di situ, ada jazz dan tentu juga ada blues ataupun soul.” Banyak sekali campurannya memang, namun penampilan The Authentics tak jauh dari kata menghibur. Semua personel bergerak di atas panggung, komunikasi Dawny terasa natural dan mengalir. Permainan gitar Dani pun total mengusung nyawa blues yang dalam. Perjalanan mereka dalam membentuk The Authentics memang sudah jauh. Dengan album yang siap dirilis dalam waktu dekat, The Authentics siap mengibarkan kembali musik ska berkualitas di Indonesia.
Semenjak band seperti Tipe-X menguasai pasar ska Indonesia di awal tahun 2000, dan booming tren musik ska langsung berakhir di kisaran tahun 2003, Dawny sempat melewati berbagai hal dalam hidupnya. Hidupnya setelah Jun FanGung Foo dilaluinya tanpa beban apapun di pundak. Dari mulai bekerja di sebuah clothing company, menjadi DJ, hingga bergabung dengan manajemen artis Millionaires Club di bawah pimpinan Andreas Wullur. Di sana, Dawny berprofesi sebagai road manager untuk berbagai band seperti Samsons, Beage, Aura Kasih, Armada hingga Seringai.
“Ketika era booming-nya ska berakhir dulu, gue malah senang. Karena sebenarnya gue nggak terlalu cocok di musik ska-punk ala Jun Fan Gung Foo, selera gue lebih ke ska tradisional seperti ini. Karena gue minoritas, jadi-nya dulu ikut saja. Dan ketika era itu berakhir gue malah lega, karena sekarang gue bisa mulai lagi melakukan hal yang memang gue ingin lakukan dari dulu. Dan ternyata Zendi juga berpikiran hal yang sama dengan gue,” tukas Dawny.
“Bulan Mei ini kami akan merilis album Pencuri Hati, sudah saatnya banyak orang tahu The Authentics, kami ingin memberikan opsi lain ke masyarakat. It’s simple, fun and friendly. Mungkin selama ini orang familier dengan citra ska yang bermusik ‘Ncet..ncet..ncet’ [menirukan bunyi gitar]. The Authentics berbeda. Kami lebih menunjukkan varian lain yang membuktikan bahwa ska itu banyak jenisnya,” ujar Dani.
Bagi yang mengetahui dan mengikuti scene musik khususnya ska, Dawny dan juga Zendi bukanlah anak kemarin sore. Mereka sempat mengecap asam garam dunia musik Indonesia di sebuah band ska-punk bernama Jun Fan Gung Foo, yang terbentuk tahun 1996 dan sempat merilis dua album di bawah label Sony Music Indonesia di awal tahun 2000. Dani sang gitaris juga sempat lalu lalang di berbagai band indie macam Perfect Minors, dan juga Straight Out yang beraliran metalcore. Kemeja motif pantai di Jun Fan Gung Foo ditinggalkan, solo gitar meraung dan headbang a la straightout dilepas. Gantinya adalah attitude penyanyi crooner a la Frank Sinatra, gitar semi hollow bersuara bersih, dan goyangan kaki Elvis Presley yang enerjik.
“Berbicara musik, ska yang kami usung lebih ke akar musik ska. Ska revival. Seperti misalnya The Slackers, Hepcat, The Skatalites, Toots and the Maytals. Musik model seperti itu,” ujar Dani, sang gitaris penggemar blues yang merupakan otak musikal The Authentics. Dawny menambahkan,” Tapi kami menambahkan nuansa musik lain juga supaya lebih enak didengarkan. Ada swing di situ, ada jazz dan tentu juga ada blues ataupun soul.” Banyak sekali campurannya memang, namun penampilan The Authentics tak jauh dari kata menghibur. Semua personel bergerak di atas panggung, komunikasi Dawny terasa natural dan mengalir. Permainan gitar Dani pun total mengusung nyawa blues yang dalam. Perjalanan mereka dalam membentuk The Authentics memang sudah jauh. Dengan album yang siap dirilis dalam waktu dekat, The Authentics siap mengibarkan kembali musik ska berkualitas di Indonesia.
Semenjak band seperti Tipe-X menguasai pasar ska Indonesia di awal tahun 2000, dan booming tren musik ska langsung berakhir di kisaran tahun 2003, Dawny sempat melewati berbagai hal dalam hidupnya. Hidupnya setelah Jun FanGung Foo dilaluinya tanpa beban apapun di pundak. Dari mulai bekerja di sebuah clothing company, menjadi DJ, hingga bergabung dengan manajemen artis Millionaires Club di bawah pimpinan Andreas Wullur. Di sana, Dawny berprofesi sebagai road manager untuk berbagai band seperti Samsons, Beage, Aura Kasih, Armada hingga Seringai.
“Ketika era booming-nya ska berakhir dulu, gue malah senang. Karena sebenarnya gue nggak terlalu cocok di musik ska-punk ala Jun Fan Gung Foo, selera gue lebih ke ska tradisional seperti ini. Karena gue minoritas, jadi-nya dulu ikut saja. Dan ketika era itu berakhir gue malah lega, karena sekarang gue bisa mulai lagi melakukan hal yang memang gue ingin lakukan dari dulu. Dan ternyata Zendi juga berpikiran hal yang sama dengan gue,” tukas Dawny.
“Bulan Mei ini kami akan merilis album Pencuri Hati, sudah saatnya banyak orang tahu The Authentics, kami ingin memberikan opsi lain ke masyarakat. It’s simple, fun and friendly. Mungkin selama ini orang familier dengan citra ska yang bermusik ‘Ncet..ncet..ncet’ [menirukan bunyi gitar]. The Authentics berbeda. Kami lebih menunjukkan varian lain yang membuktikan bahwa ska itu banyak jenisnya,” ujar Dani.
Langganan:
Postingan (Atom)